"Anak-anak, siapa yang ikutan tawuran?" Desak seorang guru yang kemaharannya hampir memuncak.
"..................."
Semua anak-anak yang telah ketahuan terlibat dalam tawuran. Hanya terdiam membisi saja. Entah apa yang dibenak mereka saat itu.
"Ayo, jawab anak-anak!!" Perintah guru itu sekali lagi.
Aku yang saat itu mendengar samar-samar pembicaraan tersebut. Hanya dapat menatap mereka dari kejauhan di balik jendela dengan perasaan sedih. Bagaikan suatu harapan yang di buang begitu saja tanpa mereka menaruh dari sedikit jutaan impian. Petikan suara gitar di iringi oleh vokal dari setiap anak di kelasku membuat telingaku terus mendengung.
Tiba-tiba ada guru yang masuk kekelas kami. Guru yang disegani oleh semua siswa. Datang menghampiri kelasku. Guru yang di segani oleh semua siswa. Datang menghampiri kelasku.
Serentak kami mengucapkan salam "Selamat Pagi, Pak!"
"Selamat Pagi juga, anak-anak!" Jawab Pak Guru kepada kami.
"Anak-anak, maafkan Bapak karena Bapak tidak dapat memberikan pelajaran pada hari ini"
Sentak hatiku merasa kecewa karena tidak dapat belajar seperti sedia kala.
"Anak-anak, ada teman-teman kita yang telah terlibat tawuran" lanjut Bapak.
Ingin kuberteriak sekencang halilintar. Tapi apa dayaku. Ku tak mampu melakukan hal itu.
"Jadi anak-anak tidak boleh melakukan hal yang kurang penting lebih baik kalian belajar. Atau melakukan kegiatan positif lainnya" kata Pak Guru.
"Baik Pak...." kami pun langsung menjawab.
Banyak anak-anak di luar sana yang ingin mengejar sedikit mimpi yang ingin di raihnya bahkan untuk memilikinya. Tapi tertantang oleh seribu rintangan di depan. "Tuhan tolonglah teman-teman agar mereka bisa berubah menjadi seseorang yang lebih berarti lagi dan dapat mengerti betapa banyak kekuatan yang di keluarkan oleh orang tua demi mereka" kataku dalam hati. Setelah Pak Guru pergi menjauh dari hadapanku dan tidak tertinggal satu jejak pun.