Saturday, 27 August 2011

Saat tangan berbicara #cerita sejenak

with love ka Chia dan Canty
Selamat pagi semua :) Apa kabar? 
Lama ga menyapa blogmates lagi dengan sapaan begitu karena akhir-akhir ini kalau saya mau posting sesuatu pasti langsung ke isinya, udah jarang ngobrol kayak begini (baca: kangen). Saya malah kebanyakkan baladanya, puisi tapi kayak cerita gitu, ga ngerti juga sayanya -_-, padahal blog ini udah saya anggap sebagai salah satu bagian dari kehidupan remaja 15 tahun kayak saya. Malah sekarang ini setelah saya cek entri lama, saya suka banget nulis balada yang isinya dilema. Haha ga tau kenapa kemarin-kemarin sempet uring-uringan dengan pemantapan hati untuk memilih fakultas/jurusan perkuliahan nanti di tambah pelayanan di Gereja yang semakin terjun bebas (baca: merosot). Kadang suka kangen dengan masa lampau, entah dari anak-anaknya, alur ceritanya, atau apa pun itu, yang pasti dulu itu ngerasa jauuuh banget sama Tuhan, intinya saya lagi kangen-kangennya sama sang Pencipta ;) Oh iya, saya mau sekadar sharing tentang kegiatan absurd saya ya, silakan di baca...

1.      The end of drum course :’(
Dulu, saya pernah punya mimpi untuk ambil bagian dari tim musik di Gereja dan lebih tepatnya mimpi untuk jadi drummer. Haha kadang suka ngeyel juga sayanya, miris. Perjalanan les drumnya cukup asik, kalau setelah bubarnya pelajaran di sekolah, saya kadang suka nunggu di kelas bareng temen yang mau les juga. Entah mulai dari nonton film kartun jepang via kompi kelas atau pake wifi sekolah yang rada on off, liat video suju atau boy band korea lainnya, makan di kantin atau kfc, atau malah langsung ke tempat lesnya. Nunggu dengan baca buku-buku yang bisa dibaca, asal jangan buku pelajaran karena udah mabok di sekolah hehe. Kalau mau mulai les saya tuh pasti deg-degan, alasannya di rumah saya jarang latihan dengan stik drum berhubung saya ga punya drum dan di Gereja yang ada sedangkan jarak Gereja dan rumah saya jauuuh jadi kebiasaan yang ga pantes (baca: malas) saya lakukan. Sebenarnya itu ga boleh jadi alasan, tapi karna saya takut salah tempo atau salah nginjek dan mukul bagian-bagian drum, alhasil saya suka keringat dingin. Saat di tes main lagu, saya stik drumnya suka basah karna keringat dingin, dan kakak pengajarnya pasti selalu bilang: “Can, ga usah keringetan gitu juga, selow aja mainnya, yang penting di nikmati.” Ah... padahal tanggung juga saya ga lanjut les, udah 5 bulan, dan saya berhenti karena selain saya udah mau kelas 12 (waktu itu) plus mungkin saya ga bakat di dunia permusikan. Alhasil, awal Juni, saya mengambil keputusan untuk say good bye pada drum yang pasti dengan restu mama papa. Dan saya bersyukur, saya masih di beri kesempatan untuk mencicipi dunia musik lebih tepatnya alatnya dan melampiaskan amarah pada tabuhan drum.

Megang stik drum (foto dulu) ;p
2.      Break pelayanan
Kadang saya suka mikir saya siapa sih sampai-sampai pelayanan itu hanya sekadar rutinitas belaka. Jahat banget! Saya masih ingat terakhir saya melayani saat MC paskah remaja-pemuda di Gereja. Setelah itu pelayanan saya semakin mengendor. Suatu saat kita pasti akan mengalami fase kejenuhan dalam suatu aktivitas dan ironisnya saya telah mengambil langkah yang salah. Saya memilih break dikarenakan hati yang sudah ga sepadan lagi dengan pikiran. Maaf dan hanya itu yang bisa saya lontarkan, Bapa sangat bahkan terlalu baik buat kehidupanku, dan saya belum bisa memberikan ucapan terima kasih pada-Nya. Selain itu, saya pun break dalam pelayanan vocal group di Gereja, bahkan dengan kakak pelatihnya saya surat-suratan. Sebenarnya saya mau keluar, tapi anggota Voice for Jesus (nama vocal groupnya) sudah seperti keluarga jadi saya harus memikirkan cara yang terbaik untuk kerikil-kerikil tsb. Dan inilah saya, sekarang, saya sedang fase pembenahan, tolong doakan yang terbaik ya teman-teman! Makasih :)

Foto bersama teman2 remaja di Gereja

 
Camp di Jakarta
Temen2 sekelompok pas Camp

3.      Prajurit anak sekolahan
Yaaah, saya sekarang sudah menjadi siswa kelas XII IPA 3, bersyukur banget karna lagi-lagi saya dikasih kesempatan untuk melanjutkan hidup. Kelas 12, saya masih abu-abu tentang ini. Padahal bukan saatnya bermain-main, kudu lebih giat lagi belajar. Saya mengakui, saya tidak terlalu pintar, ordinary banget, modalku hanya doa dan mimpi di selingi dengan usaha. Semua yang saya peroleh, seutuhnya hanya karna kasih sayang-Nya. Berbicara soal prestasi di sekolah, saya ga ada apa-apanya dengan teman-temanku, saya hanya bisa mengerjakan apa pun dengan sebaik mungkin yang saya bisa, tentunya. Saya malah sudah ga aktif lagi dalam kegiatan organisasi, rindu juga sama aktivitas-aktivitas seperti itu (baca: OSIS, KIS). Mungkin sekarang saya harus lebih terarah untuk masa depan saya, entah mengenai kuliah, pola pikir, tindakan dan apa pun. Semoga saya dan teman-teman bisa jadi orang yang bermanfaat seperti lilin-lilin kecil yang mampu menerangi sekitarnya. Saat ini, saya masih bermimpi untuk menggunakan almamater kuning, mimpi banget ya? Mohon doanya ya teman-teman.

Buka bersama teman2 IPA 3 yang sekelasnya cewe semua hehe
Banyak cerita yang saya ingin bagikan lagi, seperti masa liburan yang dominan stay di rumah dengan bergumul bersama bib hehei, nonton dvd drama korea bareng mama bersih-bersih, ikut mama seminar di IPB, ke hotel berjumpa dengan saudara-saudara dari Manado, ke senci bareng keluarga, ke ragunan juga, nginep di ciumbuleuit Bandung, ke kantornya papa di Sukabumi, ke kota tua bareng temen2 remaja Gereja, menemukan arti pelayanan sejati di camp remaja-pemuda di Sekolah Tinggi Teologi IMAN di Jakarta bareng Rico, Jeremy, Fredy, dan ka Lia, dan makan uduk di deket kompleks rumah bareng mamapapa, si kembar, dek Chanto, dan ka Chia. 
Puji Tuhan, anugerah Tuhan terlampaui indah bagi kehidupan saya dan keluarga. Tuhan, tolong tetap berada di sisiku.

Terima kasih dan semoga bermanfaat, Godbless :D

Note: fotonya nyusul yah, makasih.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA ya  bagi yang merayakan :)

Tuesday, 16 August 2011

Unforgotten

Sejujurnya, ideku sudah lenyap dimakan serangkaian peristiwa lampau
Bahkan untuk mengukir setiap objek di atas benda maya pun sudah tak terpikirkan lagi
Sepersekian waktu telah membuatku jengah
Apakah ini pantas untuk diteruskan atau tidak, patutlah dipertanyakan
Sisa-sisa kisah di sana menjadi bumerang bagi kelanjutan serial ini
Membuat sekujur tubuh mati akan sistem saraf
Dengan dangkalnya penegasan alur, episode-episode selanjutnya bergulir tanpa makna
Seperti bunga matahari mengikuti tuannya, ia akan selalu terbelenggu dalam masa persembunyiannya
Mencoba menantang langit, namun tetaplah nihil hasilnya
Lalu, berkamuflase dalam kepura-puraan dan membeku terhadap apa yang terjadi
Membisu mungkin tindakan yang tepat pada kesempatan ini
Tapi lajur coretan kisah sudah membelok seakan pemberontakan menyusul di kemudian hari
Jeritan hati mulai terngiang di kedua rumah siput, bergumul dan berjibaku pada setumpuk kilasan memori
Kemudian merujuk di media penyimpanan, mengabadikan berbagai goresan dan memberikan nuansa tersendiri bagi sang pemilik
Menoleh ke belakang, dan seraya berkata : "Memang benar, apa pun yang terjadi di masa lalu tak akan pernah berubah atau pun hanya sekadar ingin memperbaikinya, tapi terima kasih sudah menyediakan kesempatan itu."
Atas perizinanMu, aku kembali meneruskan derap langkah kaki ini
Bergerak bersama segelintir kerikil dan debu yang berdebaran
Diam sesaat, siapakah yang terlebih dahulu mencapai garis ending itu?
Tolong aku Tuhan untuk menemukan jalanku


Tetap berserah dan berlutut di hadapanMu,
Dengan cinta,
anakMu Chacan :D