Sungguh malangnya diriku ini…
Saat matahari telah tenggelam, dan saat itulah bulan telah datang untuk menyinari bumi , aku hanya manusia yang tak berdaya ini ingin bermain-main bersama burung-burung kecil diangkasa. Terbang tinggi dan ingin mengitari galaksi bimasakti. Melompat diatas awan, tertidur pulas diantara asteroid, dan ditemani para astronomi. Aku tak ingin meteor datang untuk menghancurkan gelak tawa yang sedang terjadi.
Bumi yang bagaikan permata biru. Jauh terlihat dari antariksa seperti bola besar dan nyaris bulat di langit yang bertabur bintang. Lapisan atmosfer yang semakin menghilang, pergi entah kemana. Diriku menanti seorang gembala yang setia. Dunia diambang kehancuran. Hal-hal yang tak terpikirkan segera menimpa kita. Gurun, tundra, kutub akan segera menggeser dari tempatnya. Beruang dan penguin akan segera tercampur es bersama melelehnya kutub. Bahtera yang telah dibuat oleh para ilmuwan modern yang melentang dilaut bebas tak akan sanggup pun menampung manusia sebanyak desiran pasir dipantai. Aku yang berdosa ini tak akan pernah mengetahui kapan datangnya saat penantian itu. Diriku hanya mampu bertengger pada-Nya. Aku yang selalu menyakiti hati-Nya, sujud merendahkan hati untuk masuk kehadapan sang Pencipta. Memohon sang Gembala yang setia menuntun setiap langkahku dalam menanti datangnya hari itu.